√ 7 Penyebab Gagal Ternak Murai Batu Yang Harus Anda Ketahui

Dalam budidaya Murai Batu, tentu tidak hanya menyiapkan kandang, calon indukan, dan perawatannya saja. Akan tetapi, anda juga harus memperhatikan berbagai macam masalah yang akan terjadi ketika beternak burung Murai Batu. Mungkin bagi seorang pemula, kendala dalam budidaya murai batu tidak akan terpikirkan. Sebab, seorang pemula yang baru memulai ternak Murai Batu, biasanya hanya fokus pada pemilihan indukan murai yang bagus. Selain itu, lokasi penempatan kandang, proses kawin silang, hingga perawatan saat murai bertelur.

Rekomendasi:
√ 3 Cara Melatih Murai Batu Anakan Agar Cepat Gacor Dan Rajin Bunyi

meskipun perawatan juga sangat penting, namun ada juga permasalahan lain yang harus diperhatikan bagi para peternak. Masalah-masalah ini biasanya akan  muncul setelah anda mulai beternak.


1. Suhu Udara
Udara yang dihirup oleh burung murai batu, sama halnya seperti manusia. tetapi, jika suhu udaranya selalu berubah-ubah, kadang panas kadang dingin, biasanya burung Murai Batu kesulitan beradaptasi.

Terlebih lagi jika perbedaan suhu udara di siang hari, di malam hari, di luar ruangan atau didalam ruangan. Tentu suhu udaranya berbeda juga. Nah disinilah anda perlu mengetahui bahwa perubahan suhu ini bisa memicu Murai Batu memasuki masa mabung lebih cepat. Jika bukan memasuki masa mabung, maka burung Murai Batu akan mengalami mabung palsu (nyulam). Pasalnya, bulu-bulu yang jatuh hanya sebagian saja.

Hal tersebut terjadi karena siklus hormonal tahunan pada Murai Batu menjadi terganggu. Jika sudah demikian, maka proses penangkaran Murai batu juga akan ikut terganggu.

Solusinya ialah, pastikan dulu burung murai batu tersebut dilatih beradaptasi dengan lingkungan sebelum memulai proses ternak. Masing-masing indukan (jantan dan betina) dipindahkan dulu ke kandang ternak yang berbeda. Biarkan keduanya beradaptasi dulu dengan lingkungannya, setelah keduanya terlihat nyaman, barulah proses ternak bisa dilanjutkan.

2. Faktor Pemberian Pakan
Selama proses ternak Murai, biasanya ada yang memberikan pakan dalam jumlah yang banyak, ada juga dalam takaran sedikit.

Lantas, manakah yang benar?,  pemberian pakan banyak atau sedikit?

Dalam ternak murai, apapun itu, yang terpenting ialah ketersediaan pakan-Nya. Misalnya, pakan voer sudah tersedia, namun pakan extra foodingnya (EF) masih sedikit. Maka anda harus berusaha untuk mendapatkan pakan EF di pasaran untuk memastikan ketersediaan pakan-Nya.

Pasalnya, indukan burung pasti memiliki naluri akan membesarkan anak-anaknya. Jika tidak ada makanan yang cukup, tentu indukan burung lebih memilih mencari makan untuk dirinya sendiri daripada untuk anak-anaknya.

3. Murai Batu Jantan Lebih Dominan daripada Betina
Dalam ternak murai batu, sebaiknya burung Murai Batu yang jantan tidak perlu terlalu dominan. Sebab, Murai jantan yang terlalu dominan dapat menyakiti burung murai yang betina, bahkan murai jantan bisa melukai yang betina, akibat terparahnya yaitu terbunuhnya indukan betina.

Kenapa bisa begitu?
Alasannya ialah karena burung Murai Batu jantan lebih agresif, bermental tempur tinggi, fighter, dan juga ganas. Jika pada saat kawin, burung jantan menunjukkan perilaku demikian, sebaiknya anda harus mengawasinya.

4. Kawin Terlalu Dini
Ada juga masalah lain dalam ternak Murai Batu yaitu, indukan sudah mau kawin dan membuat sarang, tetapi indukan betina tidak mau bertelur.

biasanya Peternak akan merasa bingung, mengapa hal tersebut bisa terjadi. Padahal, kedua indukan sudah mau kawin dan terlihat berjodoh.

Masalah seperti ini biasanya bukan karena proses kawinnya yang sukses ataupun gagal, akan tetapi pada faktor usia-Nya.

Apabila Anda mengawinkan burung Murai batu terlalu dini atau usianya belum pas, maka kedua burung murai tersebut tidak akan segera bertelur.

Oleh sebab itu, yang pertama ialah anda harus pastikan usia kedua indukan murai batu tersebut sudah siap kawin, dan kedua burung mau berkicau saat didekatkan. Dengan begitu, maka burung murai yang sudah mapan (cukup usia) akan benar-benar berjodoh dan mau bertelur hingga mengerami telur-telurnya sampai menetas.

5. Timbulnya Masalah Karena Kehadiran Pasangan Lain
Burung Murai Batu sangat memiliki karakter teritorial yang cukup tinggi. Terkadang karakter ini melekat hingga ke proses ternak. jika sudah begini, maka burung menjadi agresif ketika mendengar suara Murai Batu lain atau pasangan lain.

Terkadang burung murai rela menghentikan proses reproduksinya, membuang telur-telurnya, memakan anaknya, hingga membunuh anakannya yang sudah beberapa hari. hal Ini semua terjadi karena mereka terganggu oleh pasangan lain atau burung lainnya. Jika Anda memiliki Murai Batu yang berkarakter seperti ini, solusinya ialah diternak di kandang gantung atau solitaire.

6. Lokasi Kandang Di Bawah Terik Sinar Matahari
Di pagi hari cahaya matahari sangat baik untuk kesehatan, tetapi jika untuk ternak Murai Batu bagaimana?

Sama saja, sinar matahari mengandung vitamin D yang sangat baik untuk kesehatan dan juga kekebalan tubuh. tetapi, jangan lupa kandang ternak harus tetap diberikan peneduh.

ingat, jangan menempatkan kandang ternak murai batu di bawah sinar matahari tanpa peneduh. Sebab, burung murai batu bisa kepanasan dan tidak mau bereproduksi.

Sebaiknya berikan atap yang cukup teduh pada sangkarnya, tetapi berikan juga celah secukupnya agar sinar matahari bisa masuk ke kandang.

7. Lingkungan Yang Ramai
Idealnya, kandang ternak Murai Batu harus berada di lokasi yang tenang, nyaman, dan juga damai. Kandang dan burung murai yang hendak di ternak tidak boleh terganggu oleh lalu lalang manusia, hewan predator (kucing, ular, tikus), suara kendaraan bermotor, suara bising, asap, polusi, dan lain-lainnya.

Bahkan, jika Anda ingin melihat kondisi burung, (termasuk ingin mengecek jumlah telur, ingin melihat telur sudah menetas atau belum, ingin menghitung anakan yang menetas) Tentu indukan akan stres.

Jadi anda harus tetap berhati-hati ketika akan cek kondisi tersebut agar tidak Gagal dalam beternak murai batu.

Posting Komentar